Tugas dan
Fungsi RS Mekarsari
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit,
yaitu :
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang
medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan
rawat tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
Melaksanakan pelayanan administratif,
Melaksanakan pendidikan para medis,
Membantu pendidikan tenaga medis umum,
Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah
sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus,
kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah.
perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadii sehubungan dengan turunnya
kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui
keputusan dirjen yan medik.
Sejarah RS Mekarsari
Dalam sejarah kuno, kepercayaan
dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan
tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan
pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi
sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di
tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Institusi yang spesifik untuk
pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali
didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan
18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan
perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang
melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan
pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia.
Bangsa Romawi menciptakan
valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM.
Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili
Nicea I pada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan
pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu
katedral di setiap kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu
yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil,
bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja,
dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di
Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadahan biasanya
terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk
rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun
beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan
pula rumah sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau
musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam
memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah
sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff pengobatan
dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit
yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10.
Perubahan rumah sakit menjadi
lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18
rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan
pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's
Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya
Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di
seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri
Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul
sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik.
Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan
Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.
Rumah Sakit Dan Perkembangannya
di Indonesia[sunting | sunting sumber]
Sejarah perkembangan rumah sakit
di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga
oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani
anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi
memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini
berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama.
Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah
sakit ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang
memerlukan pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di
kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah
gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat
di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk
pegawai VOC.
Komite Etik Rumah Sakit[sunting
| sunting sumber]
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat
dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari
berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk
menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat
menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai
pihak yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat
tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan
kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun
kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan
fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan
memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus mediko
legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan yang terkait
dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang
etika kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika
diharapkan akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan
mampu mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu
tugas pertama komite adalah meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika
kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat. Di Indonesia etika kedokteran
relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga lebih sulit mencari bahan
bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota komite dapat
dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar
dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang
etika kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai
istilah/konsep etika, proses analisis dan pengambilan keputusan dalam etika.
Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan dalam
berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin jelaslah
bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan keputusan yang
baik. Pendidikan etika tidak tebatas pada pimpinan dan staf rumah sakit saja.
Pemilik dan anggota yayasan, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat dapat
diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan permasalahan etika akan
menambah kepercayaan masyarakat dan membuka wawasan mereka bahwa rumah sakit
bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam
struktur rumah sakit di Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi medik
yang merupakan struktur dibawah komite medik yang bertugas menangani masalah
etika rumah sakit. Pada umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah
yang ditangani lebih banyak yang berkaitan dengan pelanggaran etika profesi.
Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah berkembang begitu luas dan
kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi memadai. Rumah sakit
memerlukan tim atau komite yang dapat menangani masalah etika rumah sakit dan
tanggung jawab langsung kepada direksi. Komite memberikan saran di bidang etika
kepada pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite
diangkat oleh pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan
KERS ini, rumah sakit memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari
beberapa orang yang memiliki kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran,
bersikap terbuka dan memiliki semangat tinggi. Jumlah anggota disesuaikan
dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi disiplin meliputi dokter
(merupakan mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi, perawat, pekerja
sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan,
dan ahli hukum.